Tes Brückner

Artikel di bawah ini merupakan riwayat artikel yang dibuat pada tanggal 17 Feb 2025 18:35 (6 hari yang lalu).
Untuk melihat artikel ini dalam kondisi terupdate, silakan menuju halaman ini.

Tes Brückner dalam Pemeriksaan Mata Anak

Tes Brückner adalah metode skrining yang sederhana, non-invasif dan efisien untuk mendeteksi faktor risiko ambliopia, opasitas media, dan kelainan segmen posterior pada anak-anak (Saiju et al., 2013). Tes Brückner pertama kali diperkenalkan pada tahun 1962 dalam sebuah publikasi di Jerman sebagai “tes transiluminasi” (Kotwal et al., 2022). Tes ini berfungsi sebagai skrining rutin yang dapat dilakukan oleh dokter anak, dokter umum, dan tenaga kesehatan lainnya untuk mendeteksi kelainan mata sehingga anak mendapat penanganan yang lebih cepat. Tes ini menunjukkan sensitivitas sebesar 82,6% dan spesifisitas 98,7% meskipun demikian tes Brückner tidak dapat menggantikan pemeriksaan komprehensif oleh dokter mata. Ambliopia, atau mata malas, sangat umum terjadi pada anak-anak dan dapat menyebabkan gangguan fungsi permanen pada satu atau kedua mata jika tidak terdeteksi lebih awal. Faktor risiko ambliopia meliputi kelainan refraksi, strabismus (mata juling), opasitas media, atau faktor lainnya. Deteksi dini melalui tes Brückner memungkinkan penanganan yang cepat dapat diberikan, sehingga membantu mengurangi prevalensi gangguan penglihatan pada anak-anak (Saiju et al., 2013; Brandner & Bizjak, 2023).

Prinsip Tes Brückner

Tes Brückner bekerja berdasarkan prinsip bahwa refleks cahaya pada retina kedua mata harus simetris. Ketika cahaya terang diarahkan pada kedua mata secara bersamaan, retina masing-masing mata akan memantulkan cahaya yang terfokus, menghasilkan refleks merah atau "red reflex". Perbedaan dalam intensitas atau karakteristik refleks merah melalui kedua pupil mata dapat mengindikasikan adanya kelainan, seperti ambliopia, strabismus, atau kelainan refraksi (Kotwal et al., 2022) (Bhayana & Prasad, 2021) (Tuteja et al., 2021)

Prosedur Pemeriksaan Tes Brückner

A: Normal : Refleksi kornea sentral, kecerahan dan warna simetris.

B: Opasitas Media (Mata Kiri). C: Esotropia (Mata Kiri). D: Eksotropia (Mata Kanan)

 E: Hipermetropia (Mata Kanan) dan Miopia (Mata Kiri).

Mata kanan : Bulan sabit terang yang menonjol di bagian atas terlihat, yang menunjukkan hipermetropia (rabun jauh) pada mata kanan. Bulan sabit ini terlihat di bagian atas refleksi pupil.

Mata Kiri): Bulan sabit terang yang menonjol di bagian bawah terlihat, yang menunjukkan miopia (rabun dekat) pada mata kiri. Bulan sabit ini terlihat di bagian bawah refleksi pupil (Tuteja et al., 2021).

Prosedur pemeriksaan tes Brückner relatif sederhana dan dapat dilakukan dalam beberapa langkah berikut (Kotwal et al., 2022)(Tuteja et al., 2021) (Jain et al., 2016) :

  1. Tes Brückner dilakukan di ruangan setengah gelap untuk memastikan bahwa refleks mata dapat terlihat dengan jelas.
  2. Posisi Pasien: Anak diminta untuk duduk dengan nyaman di depan dokter dengan posisi mata sejajar dengan sumber cahaya. Setelah pasien duduk di kursi pemeriksaan dengan fokus pandangan mengarah pada objek yang jauh, kedua mata diobservasi secara bersamaan dari jarak sekitar 1 meter.
  3. Penggunaan Alat: Dokter/ pemeriksa menggunakan oftalmoskop atau sumber cahaya lainnya yang diarahkan ke kedua mata pasien dalam jarak yang ditentukan. Oftalmoskop yang digunakan diharapkan memiliki intensitas cahaya yang cukup terang untuk menghasilkan refleks yang jelas pada retina.
  4. Pengamatan Refleks: Setelah cahaya diarahkan ke kedua mata, dokter/ pemeriksa mengamati warna dan simetri refleks merah yang dihasilkan oleh masing-masing mata.
    • Refleks Merah Normal: Jika kedua mata memantulkan cahaya dengan simetris dan refleks merah terlihat seragam, ini menunjukkan bahwa kedua mata tidak ada kelainan.
    • Perbedaan Refleks Merah: Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara refleks merah pada kedua mata, misalnya satu mata memiliki refleks yang lebih terang atau lebih redup, maka ini dapat menunjukkan adanya kondisi yang memerlukan perhatian lebih lanjut, seperti leukokoria, strabismus, ambliopia, atau kelainan refraksi.
  5. Pencatatan Temuan: Setelah mengamati refleks pada kedua mata, dokter mencatat apakah ada perbedaan dalam warna, ukuran, atau intensitas refleks. Perbedaan tersebut dapat mengindikasikan adanya kelainan yang perlu pemeriksaan lebih lanjut menggunakan pemeriksaan diagnostik tambahan.

Kelebihan dan Keterbatasan Tes Brückner

Tes Brückner memiliki beberapa kelebihan sebagai metode skrining pertama untuk kelainan mata pada anak-anak, antara lain:

  • Non-invasif, cepat dan mudah dilakukan: Tes ini tidak memerlukan prosedur rumit atau penggunaan alat yang mahal, sehingga dapat dilakukan di berbagai fasilitas medis, termasuk di puskesmas, klinik anak atau di daerah yang memiliki akses terbatas ke fasilitas kesehatan.
  • Mendeteksi kelainan dini: Tes ini efektif untuk mendeteksi kelainan seperti leukokoria, ambliopia atau strabismus pada anak usia dini.

Keterbatasan tes ini : temuan yang didapat adalah perbedaan refleks merah tetapi tidak dapat memberikan diagnosis pasti mengenai penyebab kelainan tersebut. Oleh karena itu, hasil abnormal temuan tes ini biasanya diikuti dengan pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan refraksi, pemeriksaan fundus mata, atau pemeriksaan mata menyeluruh lainnya (Tuteja et al., 2021) (Kotwal et al., 2022).

Daftar Referensi

Bhayana, A. A., & Prasad, P. (2021). Brückner’s test for squint explained—A hypothesis. Indian Journal of Ophthalmology - Case Reports, 1(4), 884. https://doi.org/10.4103/ijo.IJO_606_21

Jain, P., Kothari, M., & Gode, V. (2016). The opportunistic screening of refractive errors in school-going children by pediatrician using enhanced Brückner test. Indian Journal of Ophthalmology, 64(10), 733. https://doi.org/10.4103/0301-4738.195020

Kotwal, N. N., Kulkarni, V., & Khandgave, T. (2022). Predictive Value of Brückner Test in Detecting Refractive Errors among Children. JOURNAL OF CLINICAL AND DIAGNOSTIC RESEARCH. https://doi.org/10.7860/JCDR/2022/52334.16287

Rajalakshmi, A., & Rajeshwari, M. (2019). Efficacy of Brückner’s test for screening of refractive errors by non-ophthalmologist versus ophthalmologist: A comparative study. Middle East African Journal of Ophthalmology, 26(4), 185. https://doi.org/10.4103/meajo.MEAJO_121_19

Tuteja, S. Y., Blaikie, A., & Kekunnaya, R. (2021). Identification of amblyogenic risk factors with the Brückner reflex test using the low-cost Arclight direct ophthalmoscope. Eye, 35(11), 3007–3011. https://doi.org/10.1038/s41433-020-01341-9


Tag: Tes Brückner Skrining Mata Anak Deteksi dini Refleks merah