Kontributor Utama : Dr. Lely Retno Wulandari, SpM(K)
Tes Brückner adalah metode skrining yang sederhana, non-invasif dan efisien untuk mendeteksi faktor risiko ambliopia, opasitas media, dan kelainan segmen posterior pada anak-anak (Saiju et al., 2013). Tes Brückner pertama kali diperkenalkan pada tahun 1962 dalam sebuah publikasi di Jerman sebagai “tes transiluminasi” (Kotwal et al., 2022). Tes ini berfungsi sebagai skrining rutin yang dapat dilakukan oleh dokter anak, dokter umum, dan tenaga kesehatan lainnya untuk mendeteksi kelainan mata sehingga anak mendapat penanganan yang lebih cepat. Tes ini menunjukkan sensitivitas sebesar 82,6% dan spesifisitas 98,7% meskipun demikian tes Brückner tidak dapat menggantikan pemeriksaan komprehensif oleh dokter mata. Ambliopia, atau mata malas, sangat umum terjadi pada anak-anak dan dapat menyebabkan gangguan fungsi permanen pada satu atau kedua mata jika tidak terdeteksi lebih awal. Faktor risiko ambliopia meliputi kelainan refraksi, strabismus (mata juling), opasitas media, atau faktor lainnya. Deteksi dini melalui tes Brückner memungkinkan penanganan yang cepat dapat diberikan, sehingga membantu mengurangi prevalensi gangguan penglihatan pada anak-anak (Saiju et al., 2013; Brandner & Bizjak, 2023).
Tes Brückner bekerja berdasarkan prinsip bahwa refleks cahaya pada retina kedua mata harus simetris. Ketika cahaya terang diarahkan pada kedua mata secara bersamaan, retina masing-masing mata akan memantulkan cahaya yang terfokus, menghasilkan refleks merah atau "red reflex". Perbedaan dalam intensitas atau karakteristik refleks merah melalui kedua pupil mata dapat mengindikasikan adanya kelainan, seperti ambliopia, strabismus, atau kelainan refraksi (Kotwal et al., 2022) (Bhayana & Prasad, 2021) (Tuteja et al., 2021)
Prosedur pemeriksaan tes Brückner relatif sederhana dan dapat dilakukan dalam beberapa langkah berikut (Kotwal et al., 2022)(Tuteja et al., 2021) (Jain et al., 2016) :
Tes Brückner memiliki beberapa kelebihan sebagai metode skrining pertama untuk kelainan mata pada anak-anak, antara lain:
Keterbatasan tes ini : temuan yang didapat adalah perbedaan refleks merah tetapi tidak dapat memberikan diagnosis pasti mengenai penyebab kelainan tersebut. Oleh karena itu, hasil abnormal temuan tes ini biasanya diikuti dengan pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan refraksi, pemeriksaan fundus mata, atau pemeriksaan mata menyeluruh lainnya (Tuteja et al., 2021) (Kotwal et al., 2022).
Bhayana, A. A., & Prasad, P. (2021). Brückner’s test for squint explained—A hypothesis. Indian Journal of Ophthalmology - Case Reports, 1(4), 884. https://doi.org/10.4103/ijo.IJO_606_21
Jain, P., Kothari, M., & Gode, V. (2016). The opportunistic screening of refractive errors in school-going children by pediatrician using enhanced Brückner test. Indian Journal of Ophthalmology, 64(10), 733. https://doi.org/10.4103/0301-4738.195020
Kotwal, N. N., Kulkarni, V., & Khandgave, T. (2022). Predictive Value of Brückner Test in Detecting Refractive Errors among Children. JOURNAL OF CLINICAL AND DIAGNOSTIC RESEARCH. https://doi.org/10.7860/JCDR/2022/52334.16287
Rajalakshmi, A., & Rajeshwari, M. (2019). Efficacy of Brückner’s test for screening of refractive errors by non-ophthalmologist versus ophthalmologist: A comparative study. Middle East African Journal of Ophthalmology, 26(4), 185. https://doi.org/10.4103/meajo.MEAJO_121_19
Tuteja, S. Y., Blaikie, A., & Kekunnaya, R. (2021). Identification of amblyogenic risk factors with the Brückner reflex test using the low-cost Arclight direct ophthalmoscope. Eye, 35(11), 3007–3011. https://doi.org/10.1038/s41433-020-01341-9
Tag: Tes Brückner Skrining Mata Anak Deteksi dini Refleks merah