Sejarah dan Perkembangan Tranplantasi Kornea di Indonesia

Artikel di bawah ini merupakan riwayat artikel yang dibuat pada tanggal 30 Aug 2024 19:49 (2 bulan yang lalu).
Untuk melihat artikel ini dalam kondisi terupdate, silakan menuju halaman ini.

Sejarah Transplantasi Kornea

Dr. Eduard Zirm sedang melakukan operasi keratoplasti penetrasi (1905) di ruang operasi. https://europepmc.org/article/med/24391366

Operasi transplantasi kornea adalah yang paling berhasil di antara semua transplantasi organ dan telah menjadi terobosan dalam sejarah kedokteran. Meskipun konsep awal operasi transplantasi kornea sudah ada sejak zaman dokter Yunani, Galen (130-200 M), perjalanan menuju keberhasilan transplantasi kornea saat ini penuh dengan teori-teori aneh, eksperimen yang berani, dan ketekunan. Semua itu akhirnya menjadikan transplantasi kornea sebagai operasi transplantasi organ yang paling berhasil.

Gagasan mengenai trepinasi kornea sebagai bagian dari penanganan kornea leucomatous pertama kali diperkenalkan oleh Erasmus Darwin pada tahun 1760. Pada tahun 1813, Karl Himly menyarankan untuk mengganti kornea hewan yang buram dengan kornea transparan dari hewan lain. Namun, Franz Reisinger, yang merupakan murid Himly, memperkenalkan ide penggantian kornea yang terluka dengan kornea hewan yang transparan pada tahun 1824 dan menciptakan istilah keratoplasti. Meskipun begitu, semua upaya awal ini tidak menghasilkan cangkok kornea yang jelas, terutama karena kurangnya pengetahuan tentang ilmu dasar, obat-obatan, fisiologi, imunologi, antisepsis, anestesi, dan teknik bedah mikro. Kegagalan berulang dalam transplantasi kornea di berbagai belahan dunia menjadikannya sebagai "impian yang sangat berani" selama lebih dari satu abad.

Akhirnya, pada 7 Desember 1905, seorang dokter mata asal Ceko, Dr. Eduard Zirm, berhasil melakukan transplantasi kornea pertama yang sukses, sebuah pencapaian yang merupakan hasil dari berabad-abad percobaan dan penelitian.

Sejarah dan Perkembangan Transplantasi Kornea di Indonesia

Lions Eye Bank Jakarta, Indonesia

Sejarah transplantasi kornea di Indonesia dimulai dengan sumbangan kornea dari Bank Mata Internasional Sri Lanka pada tahun 1967. Prof. Dr. Isak Salim adalah orang pertama yang melakukan pencangkokan kornea di Indonesia, menjadikan transplantasi kornea tersebut sebagai peristiwa bersejarah di tanah air.

Pada tahun yang sama, pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 8/Birhub/1967 pada 24 Juli 1967, yang menetapkan bahwa kebutaan di Indonesia adalah bencana nasional. Keputusan ini mendorong pendirian Perkumpulan Penyantun Mata Tunanetra Indonesia (PPMTI) dan Bank Mata Indonesia.

Dengan rasa kepedulian terhadap situasi ini, para relawan kemudian mendirikan sebuah lembaga bernama Perkumpulan Penyantun Mata Tunanetra Indonesia (PPMTI), yang resmi berdiri pada 10 Maret 1968.

Selain itu, Indonesia juga memiliki Lions Eye Bank Jakarta, Bank Mata yang berdiri di JEC Eye Hospital and Clinic. Sebuah organisasi non-profit yang didirikan pada tahun 2018. Organisasi ini fokus pada penyediaan, pengambilan, pengolahan, penyimpanan, dan distribusi kornea berkualitas.

Di Indonesia, satu dari setiap seribu orang mengalami kebutaan akibat kerusakan kornea. Namun, kondisi ini dapat diatasi dengan transplantasi kornea jika pengobatan tidak menunjukkan hasil yang memadai.

Dengan teknologi canggih, tingkat keberhasilan transplantasi kornea dapat mencapai hingga 90%. Namun, angka transplantasi kornea di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya pasokan jaringan kornea di dalam negeri, sehingga Indonesia masih bergantung pada negara lain untuk memenuhi kebutuhan kornea.

Tantangan yang Dihadapi dan Upaya Mengatasinya

Meskipun perkembangan transplantasi kornea di Indonesia cukup pesat, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam program donor kornea. Banyak orang yang belum memahami betapa pentingnya donor kornea dan bagaimana hal ini dapat menyelamatkan penglihatan seseorang.

Selain itu, infrastruktur untuk mendukung program donor dan transplantasi kornea masih perlu ditingkatkan. Distribusi kornea donor juga menjadi tantangan tersendiri, mengingat luasnya wilayah Indonesia dan kondisi geografis yang beragam. Namun, dengan adanya Bank Mata/Eye Bank di Indonesia dan dukungan dari berbagai pihak, tantangan ini perlahan mulai diatasi.

Di masa depan, diharapkan lebih banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya donor kornea, sehingga kebutuhan akan donor kornea dapat terpenuhi dan lebih banyak pasien yang mendapatkan kesempatan untuk memulihkan penglihatannya. Dengan dukungan semua pihak, Indonesia dapat terus maju dalam bidang transplantasi kornea dan memberikan harapan baru bagi mereka yang mengalami gangguan penglihatan.

Referensi

  1. Sathyan, S. (n.d.). When the eye “met” the eye: A peek into the history of corneal transplantation. Kerala Journal of Ophthalmology. 36(1):p 57-58, Jan–Apr 2024.

  2. Soewono, W. (1995, January 12). Aspek klinik pencangkokan kornea dan perannya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Airlangga University Press.

  3. Bank Mata Indonesia. (n.d.). Retrieved August 30, 2024, from https://bankmataindonesia.org/

  4. Lions Eye Bank Jakarta. (n.d.). Retrieved August 30, 2024, from https://jec.co.id/lebj/id/about


Tag: Donor Kornea Lions Eye Bank Jakarta Transplantasi Kornea Bank Mata Indonesia