Kontributor Utama : Dr. Sultan Hasanuddin, SpM
Pada keadaan hipertensi, pembuluh darah retina akan mengalami beberapa seri perubahan patofisiologis sebagai respon terhadap peningkatan tekanan darah. Terdapat teori bahwa terjadi spasme arterioles dan kerusakan endothelial pada tahap akut sementara pada tahap kronis terjadi hialinisasi pembuluh darah yang menyebabkan berkurangnya elastisitas pembuluh darah.
Pada tahap awal, pembuluh darah retina akan mengalami vasokonstriksi secara generalisata. Ini merupakan akibat dari peningkatan tonus arteriolus dari mekanisme autoregulasi yang seharusnya berperan sebagai fungsi proteksi. Pada pemeriksaan funduskopi akan kelihatan penyempitan arterioles retina secara generalisata. Peningkatan tekanan darah secara persisten akan menyebabkan terjadinya penebalan intima pembuluh darah, hiperplasia dinding tunika media dan degenerasi hyalin.
Pada tahap ini akan terjadi penyempitan arteriolar yang lebih berat dan perubahan pada persilangan arteri-vena yang dikenal sebagai arteriovenous nicking. Terjadi juga perubahan pada refleks cahaya arteriolar yaitu terjadi pelebaran dan aksentuasi dari refleks cahaya sentral yang dikenal sebagai copper wiring. Selanjutnya akan terjadi tahap pembentukan eksudat, yang akan menimbulkan kerusakan pada sawar darah-retina, nekrosis otot polos dan sel-sel endotel, eksudasi darah dan lipid, dan iskemik retina. Perubahan-perubahan ini bermanifestasi pada retina sebagai gambaran mikroaneurisma, hemoragik, hard exudate dan infark pada lapisan serat saraf yang dikenal sebagai cotton-wool spot. Edema diskus optikus dapat terlihat pada tahap ini, dan biasanya merupakan indikasi telah terjadi peningkatan tekanan darah yang sangat berat.
Klasifikasi retinopati hipertensi yang hingga saat ini sering digunakan adalah Modified Scheie Classification of Hypertensive Retinopathy, yang membedakan tingkat keparahan retinopati hipertensi sebagai berikut :
Tujuan utama retinopati hipertensi adalah mengontrol tekanan darah agar dapat membatasi kerusakan yang telah terjadi dan komplikasi lebih lanjut. Dokter mata dan dokter umum harus berkerja sama untuk memastikan bahwa pasien hipertensi diberikan tatalaksana yang efesien dan efektif agar dapat mengurangi risiko morbilitas dan moralitas ocular dan sistemik. Menurut Hendreson et al., retinopati hipertensi dikaitkan dengan peningkat risiko stroke bahkan setelah mengendalikan tekanan darah dan factor vascular lainnya
Perubahan pola dan gaya hidup harus dilakukan. Konsumsi makanan dengan kadar lemak jenuh harus dikurangi. Lemak tak jenuh dapat menurunkan tekanan darah. Konsumsi alkohol dan garam juga perlu dibatasi, serta melakukan olahraga yang teratur. Mengontrol kadar tekanan darah adalah kunci dari pengobatan retinopati hipertensi
Tag: Retinopatihipertensi