Phlyctenular Keratoconjunctivitis

Definisi

Phlyctenular keratoconjunctivitis (PKC) adalah peradangan nodular pada kornea dan atau konjungtiva yang diakibatkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap antigen asing. Sebelum tahun 1950-an, PKC sering muncul sebagai akibat dari reaksi hipersensitivitas terhadap protein tuberkulin karena tingginya prevalensi tuberkulosis. Namun saat ini angka kejadian PKC telah menurun seiring dengan perbaikan dalam upaya kesehatan Masyarakat. Saat ini, protein mikroba dari Staphylococcus aureus adalah antigen penyebab yang paling umum pada PKC. Faktor risiko paparan S. aureus dapat berasal dari blepharitis kronis. PKC merupakan salah satu penyebab umum rujukan pediatrik karena terjadi terutama pada anak-anak berusia 6 bulan hingga 16 tahun.

Patofisiologi

PKC terjadi akibat reaksi alergi dan hipersensitivitas pada kornea atau konjungtiva, setelah terpapar kembali oleh antigen infeksius yang sebelumnya telah membuat host menjadi peka. Antigen Staphylococcus aureus dan Mycobacterium tuberculosis adalah yang paling sering dikaitkan; namun, Herpes simpleks, Chlamydia, Streptococcus viridians, dsb juga pernah dilaporkan sebagai agen penyebab.

Manifestasi Klinis

Corneal phlyctenule diikuti oleh pembuluh darah dan terwarnai oleh fluorescein. (Courtesy of Dr. Nina Asrini Noor, SpM)

Manifestasi klinis phlyctenulosis bergantung pada lokasi lesi serta etiologi yang mendasarinya. Lesi konjungtiva mungkin hanya menyebabkan iritasi ringan hingga sedang pada mata, sedangkan lesi kornea biasanya menyebabkan rasa sakit yang lebih parah dan fotofobia. Sensitivitas cahaya yang lebih parah juga dapat dikaitkan dengan phlyctenules terkait tuberkulosis dibandingkan dengan phlyctenules terkait S. aureus. Lesi phlyctenules dapat terjadi di mana saja di konjungtiva tetapi lebih sering terjadi di fisura interpalpebra dan sering ditemukan di sepanjang daerah limbus. Lesi ini biasanya muncul dengan lesi nodular seperti agar-agar dengan injeksi yang jelas pada pembuluh darah konjungtiva di sekitarnya. Lesi dapat menunjukkan beberapa tingkat ulserasi dan pewarnaan dengan fluorescein saat berkembang. Pada sebagian kasus, beberapa nodul berukuran 1-2 mm dapat muncul di sepanjang permukaan limbal.

Phlyctenules kornea juga bermula di sepanjang daerah limbus dan sering kali berubah menjadi ulserasi kornea dan neovaskularisasi. Pada beberapa kasus, phlyctenules akan berkembang melintasi permukaan kornea akibat episode peradangan berulang. “Barisan phlyctenules” ini menunjukkan tepi terdepan yang tampak elevated dan diikuti oleh tali pembuluh darah.

Diagnosis

Diagnosis PKC ditegakkan berdasarkan riwayat dan temuan klinis. Etiologi infeksi yang mendasari memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, salah satunya bila dicurigai adanya kemungkinan tuberkulosis atau infeksi lainnya. Rontgen dada, skin test (Mantoux) atau tes QuantiFERON-gold harus dilakukan untuk pasien yang memiliki riwayat perjalanan ke daerah endemis tuberkulosis atau memiliki gejala yang konsisten dengan infeksi tuberkulosis.

Tatalaksana

Pengobatan lini pertama untuk PKC adalah mengurangi respons inflamasi. PKC umumnya responsif terhadap steroid topikal. Namun, risiko peningkatan tekanan intraokular harus diperhatikan. Pada kasus dengan kekambuhan berulang, atau kasus yang menjadi ketergantungan steroid, siklosporin topikal merupakan pilihan pengobatan yang efektif. Penggunaan tetes mata siklosporin dapat mengurangi risiko penggunaan steroid jangka panjang seperti katarak, hipertensi okular, dan hambatan penyembuhan luka. Pada kasus ulserasi kornea, disarankan untuk melakukan pretreatment atau penggunaan antibiotik secara bersamaan. Pengambilan sampel dari kornea untuk kultur juga dapat dipertimbangkan sebelum memulai pengobatan.

Selain mengobati respon inflamasi, penting untuk mengurangi sumber antigen yang memicu inflamasi. Hal ini biasanya memerlukan penanganan blefaritis terkait atau proses infeksi yang mendasarinya. Pada kasus blefaritis, kebersihan kelopak mata dengan kompres hangat dan scrub kelopak mata harus dimulai. Pengobatan tambahan dengan doksisiklin oral juga dapat bermanfaat.

Referensi

  1. Rohatgi J, Dhaliwal U. Phlyctenular eye disease: a reappraisal. Japanese Journal of Ophthalmology. 2000;44(22):146-150.    
  2. uberias RJ, Calonge M, Montero J, Herreras JM, Saornil AM. Phlyctenular keratoconjunctivitis a potentially blinding disorder. Ocular Immunology and Inflammation. 1996;4(2):119-123.
  3. Neiberg MN, Sowka J. Phlyctenular keratoconjunctivitis in a patient with Staphylococcal blepharitis and ocular rosacea. Optometry. 2008;79(3):133-137.
  4. Doan S, Gabison E, Gatinel D, Duong MH, Abitbol O, Hoang-Xuan T. Topical cyclosporine A in severe steroid-dependent childhood phlyctenular keratoconjunctivitis. American Journal of Ophthalmology. 2006;141(1):62-66.

Tag: Cornea Conjunctiva Keratitis Conjunctivitis Phlyctenules Phlyctenular