Istiantoro Soekardi

Artikel di bawah ini merupakan riwayat artikel yang dibuat pada tanggal 29 Apr 2023 14:12 (1 tahun yang lalu).
Untuk melihat artikel ini dalam kondisi terupdate, silakan menuju halaman ini.

Pengenalan

Di awal karirnya sebagai dokter spesialis mata, Prof. Istiantoro ditugaskan untuk memimpin Program Pemberantasan Katarak Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Selain secara langsung menangani penyebab kebutaan nomor satu di Indonesia, program ini berupaya untuk meningkatkan kesadaran politik dan sosial tentang kebutaan katarak dan kesehatan mata secara umum di negara yang pada saat itu lebih dari separuh penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan. tersebar di lebih dari 17.500 pulau di kepulauan Indonesia

 

 

Riwayat Pekerjaan

Pada tahun 1986, ia menginisiasi program operasi katarak komunitas yang dijalankan oleh Ikatan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) dengan dukungan dari Yayasan Dharmais yang dipimpin oleh mendiang Presiden Soeharto. Dia melakukan perjalanan ke daerah yang sangat terpencil di seluruh Indonesia. Untuk mencapai tujuan program, Prof. Istiantoro memperluas jaringan program hingga mencakup kerjasama dengan organisasi lain seperti Christian Blind Mission, Helen Keller International dan Lions International. Kegiatan ini mencapai puncaknya sekitar 12.000 operasi per tahun sebelum terjadi gejolak ekonomi tahun 1997.

Tetapi tantangan yang dihadapi program melampaui logistik. Dalam sebuah wawancara tahun 2007 dengan EyeWorld Asia-Pasifik, semangat Prof. Istiantoro untuk karyanya menjadi jelas dalam rasa frustrasinya saat dia berbicara tentang ketidakpedulian umum terhadap kebutaan di negara yang lazim pada saat itu. Rasa frustrasinya berkurang hanya ketika dia merenungkan kegembiraan dan rasa terima kasih bahkan dari pasiennya yang paling acuh tak acuh ketika dia berhasil memulihkan penglihatan mereka.

Peran Prof. Istiantoro sebagai kepala program membuka jalan baginya untuk menjadi presiden Perdami. Selama kepemimpinannya, ia fokus pada peningkatan kualitas pendidikan mata di Indonesia. Oftalmologi Indonesia di bawah kepresidenannya menjadi lebih kompetitif dari sebelumnya, terutama sejak ia memprakarsai Ujian Dewan Nasional pada tahun 1997. Tujuannya agar setiap dokter mata Indonesia menguasai operasi katarak untuk menurunkan Cataract Backlog dan angka kebutaan.

Bahkan setelah masa kepresidenannya berakhir, Prof. Istiantoro tetap aktif dan bersedia menjadi penasehat Perdami. Ia melanjutkan kuliah di bidang oftalmologi di Universitas Indonesia di mana ia pernah menjadi Ketua Departemen Oftalmologi, di mana ia menjabat sebagai Profesor Oftalmologi. Beliau juga pernah menjadi pendiri dan mengetuai Jakarta Eye Center serta menjabat sebagai Ketua Yayasan Kemajuan Kedokteran di Indonesia.

Prof. Istiantoro adalah anggota dari beberapa organisasi profesional lainnya, termasuk International Society of Refractive Surgery dan American Academy of Ophthalmology. Asia Pacific Academy of Ophthalmology (APAO) yang memberikan perhatian pada kegiatan sosialnya mengapresiasinya dengan penghargaan Distinguishes Service pada tahun 1996 dan 2001 baik untuk layanan berjasa di bidang Oftalmologi di Area Asia Pasifik. Dia juga menerima Penghargaan IOA pada tahun 2003 dan APACRS pada tahun 2004. Dia adalah anggota Dewan Pengurus APACRS, dan sering menjadi kontributor dan anggota Dewan Editorial EyeWorld Asia-Pasifik.

Prof. Dr. Istiantoro meninggal pada tanggal 8 Juni 2012.