Kontributor Utama : Dr. Sultan Hasanuddin, SpM
Hipermetropia atau hiperopia adalah kelainan refraksi di mana sinar sejajar yang masuk ke mata saat mata tidak berakomodasi, jatuh di belakang retina sehingga gambar yang dibentuk menjadi buram. Dengan akomodasi, maka bayangan akan ditarik ke retina sehingga menjadi jelas. Sehingga diperlukan lensa untuk memajukan pemfokusan sinar cahaya ke bidang retina. Hal ini dapat disebabkan karena diameter bola mata yang pendek (hiperometropia aksial) atau menurunnya indeks refraksi (hipermetropia refraktif) seperti pada afakia
Gejala pada penderita hipermetropia termasuk variatif dan tergantung pada umur penderita dan besarnya kegagalan refraksi yang diderita. Tetapi dapat disimpulkan dari gejala yang sering dikeluhkan, yaitu :
a. Asimtomatik atau tidak menunjukan gejala sama sekali pada penderita dengan umur yang terbilang masih muda karena masih dapat dikoreksi dengan usaha akomodasi yang minimal.
b. Astenopia, gejala ini bisa saja dialami jika derajat hipermetrop terlalubesar atau cadangan akomodasi tidak cukup karena faktor usia atau kelelahan. Bisa juga terjadi ketika hipermetropia sudah dikoreksi (mata normal) sehingga penglihatan pasien maksimal, tetapi karena adanya penggunaan akomodasi yang berkelanjutan dapat menyebabkan keluhan ini. Keluhan yang dialami antara lain, mata lelah, nyeri kepala fronto-temporal, mata berair, dan fotofobia ringan. Gejala asthenopia ini secara khusus dialami ketika melakukan pekerjaan yang membutuhkan penglihatan dekat dan meningkat pada malam hari. Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan sakit karna terus-menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak dibelakang makula agar terletak didaerah macula lutea. Keadaan ini disebut astenopia akomodatif. Akibat terus menerus berakomodasi, maka bola mata bersamasama melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan esotropia atau juling kedalam.
C.Gangguan penglihatan dengan gejala asthenopia. Ketika besar hipermetropia tidak dikoreksi secara penuh oleh usaha akomodasi volunteer, maka pasien akan mengeluhkan gangguan penglihatan yang lebih berat pada penglihatan dekat dan disertai dengan gejala asthenopia dikarenakan penggunaan usaha akomodasi yang berkelanjutan.
d. Penglihatan kabur secara tiba-tiba (intermitten). Karena upaya akomodatif yang berkepanjangan (misalnya, selama membaca), mungkin ada episode spasme akomodatif yang menyebabkan penglihatan kabur secara tiba-tiba, sering disebut sebagai pseudomiopia. Hal ini umumnya ditemukan pada remaja dengan hyperopia yang tidak dikoreksi.
e. Penurunan visus. Ini terjadi pada hipermetrop tinggi dan pada pasien tua. Pada pasien usia tua, penurunan visus terjadi karena penurunan amplitude akomodasi, yang menyebabkan kegagalan untuk mengkompensasi kelainan refraksinya. Pada anak-anak dengan hipermetrop ringan sampai sedang biasanya masih mempunyai visus yang normal, kemudian mereka akan mengeluhkan penglihatan kabur dan asthenopia jika kebutuhan visual rneningkat
Hipermetropia dapat dikoreksi dengan kacamata, lensa kontak, dan bedah refraktif. pada hipermetropia diberikan lensa sferis positif terbesar yang menghasilkan tajam penglihatan terbaik.
Selain kacamata, penggunaan lensa kontak bisa menjadi pilihan. Kualitas gambar yang dilihat melalui lensa kontak jauh lebih baik daripada melalui lensa kacamata. Lensa kontak terdiri dari tiga jenis: Hard lenses, Gas permeable lenses, dan Soft lenses.
1. Hard lenses memiliki permeabilitas oksigen yang buruk. Namun, lensa kontak ini dapatmengkoreksi astigmatisme kornea yang tinggi seperti pada keratoconus. Hard contact lenses terbuat dari polymethylmethacrylate (PMMA).
2. Gas Permeable Contact Lenses atau rigid gas permeable (RGP) contact lense adalah lensa kontak yang terbuat dari copolimer PMMA dan silikon yang mengandung vinylmonomer. Lensa kontak ini memiliki zona optik yang lebih luas daripada hard lenses. Gas permeable lenses juga lebih nyaman dan lebih kecil kemungkinannya terlepas daripada hard lenses. Namun karena lebih halus, lensa kontak ini lebih mudah rusak.
3. Soft lenses merupakan lensa kontak yang lebih nyaman dan dapat ditoleransi dengan baik mata. Lensa ini terdiri dari hydroxyethylmethacrylate (HEMA). Soft Lenses permeabel terhadap oksigen. Namun, lensa ini memiliki kualitas optik yang relatif lebih buruk daripada lensa keras