Glaukoma

Artikel di bawah ini merupakan riwayat artikel yang dibuat pada tanggal 06 Mar 2024 08:00 (7 bulan yang lalu).
Untuk melihat artikel ini dalam kondisi terupdate, silakan menuju halaman ini.

Definisi

Glaukoma adalah penyakit mata yang serius dan merupakan salah satu penyebab utama kebutaan di seluruh dunia. Penyakit ini terjadi ketika tekanan intraokular di dalam mata meningkat dan menyebabkan kerusakan pada saraf optik, yang menghubungkan mata dengan otak. Gejala glaukoma mungkin tidak muncul hingga tahap lanjut, sehingga penting untuk melakukan pemeriksaan mata secara teratur. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang glaukoma dan bagaimana mengatasi penyakit ini.

Apa itu Glaukoma?

Glaukoma terjadi ketika cairan di dalam mata tidak mengalir dengan baik dan menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Tekanan intraokular yang tinggi dapat merusak saraf optik, yang bertanggung jawab untuk membawa informasi visual dari mata ke otak. Jika kerusakan pada saraf optik tidak diobati, dapat menyebabkan kebutaan permanen.

Gejala dan Faktor Risiko

Gejala Glaukoma

Pada tahap awal, glaukoma biasanya tidak menimbulkan gejala yang jelas. Namun, ketika penyakit berkembang, seseorang dapat mengalami gejala seperti penglihatan kabur, pandangan terhalang atau kabur, sakit kepala, mual, dan muntah.

Glaukoma bisa menyerang siapa saja. Deteksi dan penanganan dini adalah jalan satu-satunya untuk menghindari kerusakan penglihatan serius akibat glaukoma. Bagi Anda yang berisiko tinggi disarankan untuk memeriksakan mata Anda secara teratur sejak usia 40 tahun.

Faktor risiko

  1. Riwayat glaukoma di dalam keluarga, saudara sekandung lebih berisiko dibandingkan orang tua dan anaknya
  2. Tekanan bola mata tinggi
  3. Miopia (rabun jauh)
  4. Diabetes (kencing manis) dengan gula darah tinggi yang lama
  5. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
  6. Migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi buruk)
  7. Kecelakaan/operasi pada mata sebelumnya
  8. Menggunakan steroid (cortisone) dalam jangka waktu lama
  9. Lebih dari 45 tahun

Jenis-jenis glaukoma

  • Glaukoma Sudut-Terbuka Primer (Primary Open-Angle Glaucoma)

Glaukoma Sudut-Terbuka Primer adalah tipe yang paling umum dijumpai. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga risiko tinggi bila ada riwayat dalam keluarga. Biasanya terjadi pada usia dewasa dan berkembang perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Seringkali tidak ada gejala sampai terjadi kerusakan berat dari saraf optik dan penglihatan terpengaruh secara permanen.:Pemeriksaan mata teratur sangatlah penting untuk deteksi dan penanganan dini.

Glaukoma Sudut-Terbuka Primer biasanya membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk menurunkan tekanan bola mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut.

  • Glaukoma Sudut-Tertutup Akut (Acute Angle-Closure Glaucoma)

Glaukoma Sudut-Tertutup Akut lebih sering ditemukan karena keluhannya yang mengganggu. Gejalanya adalah sakit mata hebat, pandangan kabur dan terlihat warna-warna di sekeliling cahaya. Beberapa pasien bahkan mual dan muntah-muntah.

Glaukoma Sudut-Tertutup Akut termasuk yang sangat serius dan dapat mengakibatkan kebutaan dalam waktu yang relatif singkat. Bila Anda merasakan gejala-gejala tersebut segera hubungi dokter spesialis mata Anda.

  • Glaukoma Sekunder (Secondary Glaukoma)

Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti katarak, diabetes, trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya. Obat tetes mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata harus diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut.

  • Glaukoma Kongenital (Congenital Glaukoma)

Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak terbentuk sempurna sehingga kurang berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair dan berkabut juga peka terhadap cahaya.

Diagnosis Glaukoma

Pemeriksaan mata yang teratur sangat penting untuk mendeteksi glaukoma pada tahap awal. Dokter mata akan melakukan tes tekanan intraokular dan pemeriksaan saraf optik untuk mengetahui apakah ada kerusakan pada saraf optik. Jika terdeteksi kerusakan, dokter mata mungkin akan merekomendasikan tes tambahan, seperti uji lapangan visual, untuk mengetahui seberapa parah kerusakan itu.

Pengobatan Glaukoma

Risiko utama glaukoma adalah meningkatnya tekanan bola mata di atas 20 mmHg, penyebab lainnya adalah hipertensi dan diabetes mellitus. Walaupun jarang dapat juga disebabkan emosi yang tidak stabil, migrain, penyempitan pembuluh darah dan lain-lain.[1] Tekanan bola mata di atas normal yang terus menerus akan merusak saraf penglihatan, tetapi sering kali tidak disadari oleh pasien, karena kerusakannya terjadi sedikit demi sedikit, oleh karenanya perlu pemeriksaan mata, jika telah berusia 40 tahun ke atas. Tekanan bola mata yang di atas normal pada tahap awal akan diberikan obat tetes mata untuk menurunkan tekanan bola mata menjadi normal.[2]

Sejarah Glaukoma

Sejarah glaukoma dimulai pada zaman kuno, ketika para dokter Yunani dan Romawi mencatat adanya kondisi mata yang menyebabkan kebutaan pada pasien mereka. Namun, pada saat itu belum ada penanganan yang efektif untuk glaukoma.

Pada abad ke-17, ahli anatomi Inggris bernama Richard Bannister menjadi orang pertama yang mengamati dan mendeskripsikan saraf optik yang rusak pada pasien glaukoma. Namun, pada saat itu, belum ada pengobatan yang efektif untuk penyakit ini.

Pada abad ke-19, penemuan tekanan intraokular atau tekanan dalam mata menjadi faktor penting dalam diagnosis glaukoma. Pada tahun 1857, ahli oftalmologi Skotlandia bernama William Mackenzie menciptakan tonometer untuk mengukur tekanan intraokular pada mata pasien. Penemuan ini memungkinkan dokter untuk lebih akurat dalam diagnosis glaukoma.

Pada awal abad ke-20, pengobatan untuk glaukoma mulai berkembang. Ahli oftalmologi Swiss bernama Eugen von Hippel menemukan bahwa penggunaan pilocarpine dapat membantu menurunkan tekanan intraokular pada mata pasien glaukoma. Kemudian, ahli oftalmologi Amerika Serikat bernama Elliott Joslin menemukan bahwa ekstrak pilocarpine dari daun pohon jambu-jambuan dapat membantu mengobati glaukoma.

Pada tahun 1950-an, para peneliti menemukan bahwa obat-obatan seperti epinefrin dan timolol dapat membantu menurunkan tekanan intraokular pada pasien glaukoma. Kemudian, pada tahun 1995, Food and Drug Administration (FDA) AS menyetujui penggunaan obat yang disebut prostaglandin analogues untuk mengobati glaukoma.

Hingga saat ini, pengobatan glaukoma terus berkembang dengan penggunaan teknologi dan obat-obatan yang lebih canggih. Namun, diagnosis dini tetap merupakan hal yang penting dalam mengobati glaukoma. Oleh karena itu, penting bagi orang untuk memeriksakan mata secara teratur untuk mencegah kerusakan yang lebih lanjut.

References

  1. Andy Pribadi (24 Agustus 2014). "Penyakit Mata Ini Penyebab Utama Tingginya Kebutaan".
  2. Herman (18 Nopember 2014). "Glaukoma Bisa Berakibat Buta Permanen".

Tag: Penyakit mata Tekanan intraokular Glaucoma Optic Disc