Filamentary Keratitis

Definisi

Keratitis filamentosa adalah suatu kondisi di mana untaian (“filamen”) yang terdiri atas sel epitel yang mengalami degenerasi dan lendir berkembang dan melekat pada permukaan kornea yang menyebabkan rasa nyeri dan sensasi benda asing. 

Etiologi

Etiologi keratitis filamentosa berhubungan dengan perubahan komponen lapisan air mata dan/atau kelainan pada permukaan kornea. Keratitis filametosa berkaitan dengan sejumlah penyakit dan kondisi permukaan mata.

Faktor Risiko

Setiap perubahan pada lapisan air mata atau permukaan kornea dapat meningkatkan risiko keratitis filamentosa. Faktor risiko yang umum meliputi:

  • Kekurangan air mata seperti pada keratokonjungtivitis sicca (atau mata kering)
  • Corneal exposure (misalnya pada N.VII palsy)
  • Kelainan kelopak seperti blepharoptosis
  • Pembedahan mata (misalnya keratoplasty, operasi katarak)
  • Penyakit sistemik yang berdampak pada permukaan mata (misalnya, sindrom Sjogren)
  • Superior limbic keratoconjunctivitis (SLK) 

Patofisiologi

Dihipotesiskan bahwa awal mula berkembangnya keratitis filamentosa adalah kerusakan sel epitel basal, membran basal epitel, atau lapisan Bowman yang menyebabkan pelepasan fokal membran basal epitel. Proses berkedip menyebabkan area-area pelepasan ini menjadi terangkat sehingga menyebabkan iritasi, peradangan, dan peningkatan produksi mucin. Lokasi kerusakan epitel menjadi scaffold bagi filamen untuk berkembang.

Diagnosis

Keratitis filamentosa berat disertai dengan injeksi siliaris. (Courtesy of Dr. Nina Asrini Noor, SpM)

Filamen terwarnai dengan flourescein dye. (Courtesy of Dr. Nina Asrini Noor, SpM)

Anamnesis:

Pasien dengan keratitis filamen mengeluhkan sensasi seperti ada benda asing. Gejalanya dapat bervariasi, mulai dari sensasi benda asing yang ringan hingga berat yang diperburuk oleh kedipan mata dan berhubungan dengan fotofobia, blefarospasme, dan epifora. Pasien mungkin juga mengeluhkan mata merah.

Pemeriksaan oftalmologis:

Pemeriksaan slit lamp menunjukkan adanya filamen ('mucoepitheloid' strands) yang melekat pada permukaan kornea. Panjang filamen dapat bervariasi dari 0,5 mm hingga 10 mm. Berkedip menyebabkan traksi dan lepasnya filamen, sehingga meninggalkan defek epitel. Filamen paling baik diwarnai dengan rose bengal, tetapi juga dapat dilihat dengan fluorescein. Lokasi filamen dapat membantu menentukan penyebabnya. Filamen yang disebabkan oleh sindrom mata kering cenderung ditemukan di fisura interpalpebra, sedangkan yang disebabkan oleh ptosis terletak superior, dan yang disebabkan oleh operasi terletak di lokasi luka atau insisi operasi, misalnya pada kasus pasca operasi katarak.

Tatalaksana

Penatalaksanaan keratitis filamentosa bergantung pada identifikasi dan pengendalian faktor predisposisi. Penanganan lini pertama meliputi terapi topikal dengan tetes dan salep mata air mata buatan. Bandage contact lens (BCL) dengan kadar air rendah dapat membantu untuk sementara waktu pada kasus yang tidak merespons pelumasan saja. BCL harus digunakan bersama dengan air mata buatan dan antibiotik topikal profilaksis. Agen mukolitik seperti N-acetylcysteine (NAC) 10% dapat digunakan secara topikal untuk mengurangi viskositas komponen mukus pada lapisan air mata. Tetes dan salep mata hypertonic saline atau NaCl juga dapat membantu dengan meningkatkan hidrasi dan meningkatkan adhesi sel epitel ke jaringan kornea di bawahnya, sehingga mencegah pembentukan filamen. Pengobatan lain yang mungkin dilakukan untuk keratitis refrakter adalah tetes mata serum autologus. Pengobatan antiinflamasi seperti steroid topikal dan tetes mata ciclosporin mungkin dapat membantu, namun potensi manfaatnya harus dipertimbangkan dengan risiko yang dapat terjadi.

Referensi

  1. Davidson RS, Mannis MJ. Filamentary Keratitis. In: Krachmer JH, Mannis MJ, Holland EJ, editors. Cornea. Vol 1. 3rd ed. Philadelphia: Elsevier/Mosby; 2011. P. 1093-96.
  2. Van Meter WS, Katz D, Cook BG. Filamentary Keratitis. In: Holland EJ, Mannis MJ, Lee WB, editors. Ocular Surface Disease: Cornea, Conjunctiva, and Tear Film. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2013. P. 213-16.
  3. Zaidman GW, Geeraets R, Paylor RR, et al. The histopathology of filamentary keratitis. Arch Ophthalmology 1985; 103: 1178-81.
  4. Tanioka H, Yokoi N, Komuro A, et al. Investigation of the corneal filament in filamentary keratitis. Invest Ophthalmol Vis Sci 2009; 50:3696-702.
  5. Read SP, Rodriguez M, Dubovy S, Karp CL, Galor A. Treatment of Refractory Filamentary Keratitis With Autologous Serum Tears. Eye Contact Lens 2017;43(5):e16-e18.
  6. Weiss M, Molina R, Ofoegbuna C, Johnson DA, Kheirkhah A. A review of filamentary keratitis. Surv Ophthalmol 2022;67(1):52-59.

Tag: Kornea Keratitis Filametary Filamen