Kontributor Utama : Dr. Hasiana Lumban Gaol, SpM
Esotropia kongenital merupakan bentuk strabismus (juling) ke dalam yang terjadi sejak lahir atau pada usia kurang dari 6 bulan. Insidennya sekitar 1-2% dan dapat terjadi secara herediter. Biasanya esotropia kongenital memiliki sudut deviasi yang cukup besar dan bersifat konstan.
Orang tua biasanya akan mengeluhkan posisi bola mata yang tampak masuk ke dalam pada satu atau kedua mata yang terjadi sejak pasien lahir atau pada usia kurang dari 6 bulan.
Esotropia kongenital biasanya memiliki sudut deviasi yang cukup besar, lebih dari 30 prisma dioptri. Besar deviasi dapat diukur menggunakan Krimsky pada anak usia muda atau prism cover test pada anak usia lebih besar. Pada pemeriksaan gerak bola mata, tidak terdapat hambatan gerak dan dapat melakukan abduksi secara penuh, kecuali jika disertai restriksi sekunder. Kadang esotropia kongenital dapat disertai nistagmus, gangguan pada otot oblique inferior, atau dissociated vertical deviation (DVD).
Pada anak yang berusia lebih besar, dapat dilakukan pemeriksaan stereoakuitas menggunakan TNO atau sinoptofor. Esotropia yang muncul setelah usia 6-9 bulan dan memiliki hambatan gerak disarankan untuk melakukan pemeriksaan radiologi.
Kebanyakan kasus esotropia kongenital membutuhkan tata laksana bedah, khususnya jika telah dicurigai adanya amblyopia strabismik. Penelitian menunjukkan bahwa operasi segera memberikan peluang binokularitas yang lebih baik. Di Amerika, pasien rata-rata dioperasi pada usia kurang dari 2 tahun. Tata laksana bedah esotropia kongenital cukup sulit karena ukuran bola mata yang masih kecil dan sulitnya mendapatkan ukuran deviasi yang konsisten. Orang tua perlu mengetahui bahwa tujuan utama operasi adalah untuk memperbaiki kedudukan bola mata agar perkembangan sensori baik, dan dapat dibutuhkan lebih dari satu prosedur operasi.