Kontributor Utama : Dr. Hasiana Lumban Gaol, SpM
Esotropia akomodatif adalah kondisi mata yang juling ke dalam akibat terjadinya refleks akomodasi. Akomodasi merupakan proses perubahan bentuk lensa mata secara dinamis untuk meningkatkan fokus penglihatan jarak dekat. Terdapat dua jenis esotropia akomodatif, yaitu refraktif dan non-refraktif.
Esotropia akomodatif dapat terjadi sejak masa bayi, balita, hingga kanak-kanak, namun insidensi tersering adalah pada kelompok usia 2-4 tahun. Esotropia akomodatif kemudian terjadi seiring dengan perkembangan akomodasi untuk penglihatan yang lebih jelas. Awalnya juling terjadi kadang-kadang namun berubah menjadi konstan. Beberapa anak dapat mengeluhkan pandangan ganda, namun anak usia lebih muda cenderung menekan / supresi penglihatan dari salah satu mata sehingga terjadi amblyopia / mata malas.
Pada esotropia akomodatif, penting untuk dilakukan pemeriksaan refraksi sikloplegik secara menyeluruh menggunakan streak retinoscopy. Biasanya didapati ukuran plus yang cukup besar, yaitu di atas +2.00D. Pemeriksaan lengkap cover test akan menunjukkan derajat juling yang membaik dengan pemberian lensa kacamata yang sesuai.
Prinsip utama terapi pada esotropia akomodatif adalah untuk memperbaiki kedudukan bola mata agar dapat terjadi perkembangan penglihatan binokular yang baik dan mencegah terjadinya amblyopia.
Pemberian kacamata merupakan tata laksana awal yang dilakukan pada kasus ini. Ukuran yang diberikan sesuai dengan hasil pengukuran refraksi pada kondisi sikloplegik. Pada perjalanannya, ukuran lensa dapat berkurang seiring dengan kebutuhan plus yang menurun. Biasanya perbaikan kasus dengan kacamata terjadi pada 2/3 pasien esotropia akomodatif. Jika pada pemantauan masih terdapat residual deviasi hanya pada jarak dekat meskipun dengan pemberian kacamata plus, maka dapat dipertimbangkan kacamata bifokal. Pemantauan berkala harus dilakukan secara rutin untuk mengontrol ukuran refraksi, tajam penglihatan, kedudukan bola mata, dan perkembangan binokular.
Jika pemberian kacamata masih belum cukup untuk memperbaiki kedudukan bola mata, maka tata laksana bedah dapat dipertimbangkan. Sekitar 30% pasien esotropia akomodatif pada akhirnya membutuhkan operasi. Keputusan operasi sangat bergantung terhadap kondisi pasien dan pertimbangan klinis dokter mata. Pada umumnya, sisa deviasi 10 prisma dioptri atau lebih (setelah penggunaan kacamata) akan mengganggu perkembangan binokular dan menjadi salah satu indikasi operasi. Selain itu, operasi jika dipertimbangkan pada pasien yang usianya sudah lebih besar dengan kebutuhan plus yang sudah minimal namun masih tetap terdapat juling ke dalam.
Tag: juling strabismus esotropia esotropia akomodatif