Conjunctivochalasis

Definisi

Conjunctivochalasis (CCH) didefinisikan sebagai konjungtiva yang redundan atau longgar, berlebihan, dan nonedematous yang diduga terjadi akibat penuaan normal. Terkadang CCH tidak menunjukkan gejala, dan oleh karena itu kerapkali terabaikan. Namun, CCH dapat menjadi penyebab iritasi pada permukaan mata. Jika parah, CCH juga dapat menyebabkan penglihatan kabur, keluarnya lendir, kekeringan, kelelahan mata, dan perdarahan subkonjungtiva.

Etiologi

Etiologi CCH tidak diketahui secara pasti, namun kemungkinan besar berhubungan dengan usia atau mengucek mata (misalnya pada konjungtivitis alergi). Faktor risiko CCH meliputi usia, mengucek mata, konjungtivitis alergi, mata kering, penggunaan lensa kontak, paparan sinar UV, kelainan kelopak mata, dan penyakit tiroid.

Patofisiologi

Etiologi CCH belum sepenuhnya dapat dijelaskan. Beberapa literatur menyimpulkan bahwa etiologic CCH bersifat multifaktorial, termasuk trauma lokal, radiasi sinar UV, dan tear clearance yang terhambat sebagai pemicu kondisi ini. Meskipun tidak ada bukti histopatologis yang mendukung peradangan sebagai kontributor utama CCH, terdapat bukti dari beberapa studi yang menunjukkan pergeseran keseimbangan normal dari conjunctival matrix metalloproteinase (MMP) dan tissue inhibitors of metalloproteinase (TIMP). Sitokin inflamasi lainnya (IL-6 dan IL-8) juga ditemukan dalam jumlah yang meningkat pada lapisan air mata pasien dengan CCH. Disimpulkan bahwa interaksi yang terganggu antara MMP dan inhibitornya dapat menyebabkan manifestasi konjungtiva yang redundan dan lemah.

Diagnosis

Anamnesis:

Pasien sering kali menggambarkan rasa ketidaknyamanan pada mata, sensasi benda asing, mata kering, ataupun mata berair. Gejala-gejala ini sebagian besar diakibatkan oleh gangguan pada meniskus air mata inferior, sehingga lapisan air mata tidak stabil.

Pemeriksaan oftalmologis:

Tanda-tanda yang dapat ditemukan pada pemeriksaan meliputi konjungtiva yang berlebihan atau redundan, yang tumpang tindih dengan batas palpebra inferior, terutama di daerah temporal inferior. Selain itu, konjungtiva mudah digerakkan dengan menekan kelopak mata dan menggerakkan konjungtiva yang longgar ke atas dan ke bawah. Pada beberapa kasus, CCH dapat menutupi punctum inferior yang mengakibatkan epifora dan bahkan penglihatan kabur.

Tatalaksana

Penanganan harus disesuaikan dengan tingkat keparahan dan gejala masing-masing pasien. Tidak diperlukan pengobatan jika pasien tidak menunjukkan gejala. Gejala ringan dapat diatasi dengan tetes mata air mata buatan, antihistamin topikal, dan kortikosteroid topikal jangka pendek jika mata menunjukkan tanda-tanda inflamasi.

Terapi pembedahan yang paling sering dilakukan adalah eksisi konjungtiva, biasanya pada bagian semilunar konjungtiva 5 mm di belakang limbus. Konjungtiva dapat ditutup dengan absorbable sutures atau dengan fibrin glue. Membran amnion juga dapat digunakan untuk mengisi defek konjungtiva. Kauterisasi termal juga dapat dilakukan untuk mengencangkan konjungtiva yang longgar atau berlebihan. Dengan anestesi subkonjungtiva topikal, konjungtiva yang berlebihan dipegang menggunakan forsep dan kauterisasi termal diaplikasikan di atas konjungtiva yang berlebihan untuk menyebabkan kontraksi jaringan.

Referensi

  1. Marmalidou A, Kheirkhah A, Dana R. Conjunctivochalasis: a systematic review. Surv Ophthalmol 2018;63:554-564.
  2. Watanabe A, Yokoi N, Kinoshita S, Hino Y, Tsuchihashi Y. Clinicopathologic study of conjunctivochalasis. Cornea 23(3):294-8, 2004.

Tag: Conjunctiva Cornea Kornea Dry Eye Conjunctivitis